Penulis : Selfiana
Status : Mahasiswi
Kampus : STKIP Tomakaka Tiwikrama Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat.
PasangkayuNews.com — Kami bersahabat sejak kecil, aku, ara dan Erwin. Kami tinggal di kota Gandrung. konon katanya di sebuah tempat di kota ini terdapat sebuah gerbang menuju dunia lain.
Pagi itu kami mau berkemah di bukit rindu yang letak nya tak cukup jauh dari perkotaan.
Rencananya kami mau menguji nyali di bukit tersebut yang cerita nya bukit tersebut menyimpan banyak hal mistis tapi kami belum mengetahui cerita lengkapnya.
Kami bertiga izin ke orang tua untuk berkemah di bukit yang tak jauh dari kota, kami tak memberi tahu, kalau kami ingin pergi ke bukit rindu karna pasti mereka melarang kami pergi kesana.
Setelah mendapat kan izin, Kami berbagi tugas membawa perlengkapan perkemahan. Kebetulan aku mendapat tugas membawa bahan makanan, aku menyiapkan berbagai makanan instan dan Ara kebagian membawa alat masak dan tak lupa dengan kameranya karna Ara suka sekali memotre hak hal mistis, sedangkan Erwin membawa perlengkapan tenda serta alat penerang.
Kami berangkat jam 08: 00 menggunakan mobil pribadi Erwin, berhubung dia anak orang berada. Tempat perkemahan yang akan kami datangi memakan waktu 1 jam lebih perjalanan.
Sebelum memasuki bukit terdapat rambu peringatan yang tertulis ( area terlarang !!! di larang keras untuk memasuki area ini).
Win tak menghiraukan dan tetap melanjutkan perjalanan pikirnya dia sudah biasa dengan hal hal mistis begitupun dengan Ara yang tak takut dengan peringatan tersebut.
Di perjalanan, tak terlihat tanda tanda kehidupan masyarakat hanya terdapat banyak pohon pohon kering yang lumayan besar. Jalannya pun belum di aspal masih berupa tanah. Dan kadang kadang jalannya sangat menanjak dan berbelok-belok.
Di tengah perjalanan Erwin tak tahan pengen buang air kecil sehingga kami berhenti di sebuah jalan yang sangat sepi. Erwin langsung segera menepikan mobilnya dibawah pohon yang besar memiliki daun yang merah. Erwin pun turun dan sedikit menjauh dari kami.
Aku dan Ara melihat lihat sekeliling, kami mencium bau tak sedap dan saat itu mataku tertuju ke bawah pohon merah itu. Seketika aku kaget melihat ada sesajen yang isinya terdapat darah segar di mangkuk batu, cermin tua yang retak, rambut manusia, bunga kamboja, dan terdapat sebotol air yang jernih serta lilin hitam yang sedang menyala.
“ Ra liat Ra..!!” ucapku sambil menepuk pundak Ara. Dan arapun menengok dan melihat sesajen itu.
“ehh apaan tuh” Ara langsung turun dari mobil dan melihat sambil memegang beberapa sesajen tersebut dan memotretnya.
Ara sangat suka memotret hal hal yang tak biasa.
“Ra ngapain di pegang” ucapku.
Tapi ara tak peduli dengan ucapan ku dan terus memotretnya sampai puas.
Karna aku agak takut dan khawatir dengan keadaan Erwin. Aku pun memanggil Erwin sambil berteriak.
“Erwin…..” teriak ku dengan keras, aku memanggil Erwin yang belum juga selesai buang air kecil.
Erwin pun menyahut teriakan ku dan segera naik kemobil begitupun dengan ara. Kami pun melanjutkan perjalanan dan aku menceritakan apa yang kami lihat tadi kepada erwin.
“Win.. kayaknya tempat ini bukan tempat biasa deh” ucap ku dengan wajah cemas. Tapi Erwin hanya tertawa, “hahahaha, kamu takut fin? Santai aja ”.
Aku terdiam Dengan keringat yang membasahi dahiku dan bulu roma mulai merinding, tapi mereka memaksaku agar tetap melanjutkan perjalanan, aku hanya bisa pasrah karna aku sudah terbiasa sedari kecil dengan mereka yang hobinya mencari hal hal mistis.
Mereka berdua memang menyukai hal hal mistis Apalah daya ku yang selalu terbawa arus ke dalam kehidupan mereka dan harus menguatkan mental ku terus menerus.
Sesampainya di tempat lokasi jam 09:45, kami segera mendirikan dua tenda dan menyusun barang barang dan alat masak.Di sekeliling lokasi perkemahan ada banyak pohon pinus yang lumayan besar sehingga menambah kesan mistis di perbukitan.
Setelah tenda jadi aku memasak mie instan dengan potongan sosis. Kami ber istirahat sejenak sambil menikmati masakan ku.
Aku melihat foto foto yang ada dikamera Ara, karna curiga dengan sesajen yang ada di bawa pohon tadi, banyak pertanyaan yang terlintas di benakku.
Tak lama kami beristirahat, win pun mengajak kami melihat lihat sekeliling dan mencari kayu bakar, untuk nanti malam sebagai api unggun.
Setelah mengumpulkan kayu bakar kami, ara punya ide untuk mencari buah-buahan yang liar di bukit, Di barisan depan ada win dilanjut denganku dan Ara di belakang, tak jauh dari tenda, ada sebuah telaga yang sangat jernih.
“Wahhh indah banget” saut Ara.
Ia langsung berlari mendekati sungai tersebut, aku dan win juga mengikut dari belakang. Telaga itu berwarna hijau kebiruan-biruan, saking jernih nya kita bisa melihat bebatuan di bawahnya.
Karna cuaca sangat panas, win berinisiatif untuk mandi di sungai itu, ia membuka baju dan hanya memakai pakaian dalam saja dan celana nya.
Telaga itu cukup dalam, tapi untung nya ia bisa berenang. Aku hanya menunggu di pinggir nya saja karna aku tak tahu berenang.
Sedangkan Ara sibuk memotret win dan merekam sekitar telaga itu.
“Eh guys coba liat disana ada buah liat yang aneh” ucap ara yang sedang asik merekam sekitar. Dan malah salah fokus dengan pohon buah yang berada dekat di telaga tersebut, buahnya sebesar kepalan bayi, berwarna merah kehitaman seperti darah yang sudah kering, bentuk nya menyerupai jantung manusia.
Pohon buah itu lumayan pendek, memiliki duri di semua tangkai nya. Karna pohon itu dekat telaga ara menyuruh win untuk berhati-hati saat berenang, “Win TI ati, liat tuh ada pohon berduri siapa tau tangkai nya jatuh ke telaga”.
Win hanya mengangkat jempolnya dan lanjut berenang, dia tak khawatir dengan pohon berduri itu. setelah Ara memperingati win dia langsung menghampiri pohon itu dan seperti biasa dia memotret buah tersebut, Dan juga merekamnya.
Aku hanya melihat Ara dan sempat melarang mendekati pohon itu tapi ia tak mau mendengar kan ku, jadi aku hanya duduk saja di pinggir telaga, sambil menonton tiktok di hpku.
Beberapa menit kemudian tiba tiba banyak burung- burung hitam mengepak di langit, melingkari satu titik di atas telaga, seolah menandai sesuatu yang akan datang.
dan benar saja, datanglah seekor kera, ia bertengger diatas batu seperti penjaga dunia lain. Tubuhnya tak bergerak Hanya matanya yang mengikuti setiap langkah kami.
Sejak kedatangan kera aku merasakan hawa yang berat. Aku segera menyuruh win berhenti mandi dan mengajak mereka kembali ke tenda.
Sesampainya di tempat tenda. kami menebak nebak apa yang sedang terjadi di telaga tadi.
“ guys.. apa mungkin burung yang tadi, menandakan portal dunia lain terbuka yah” ucap win yang sedang menakut nakuti ku. tapi aku mencoba berani karna toh aku gak mungkin pulang meninggalkan mereka berdua.
“Kamu Jan gitu yah, masih untung aku ikut loh, coba aku gak ikut, kalian pasti gak ada yang masakin”.
Mereka berdua tertawa dan win minta maaf kepadaku, “yaudah deh aku minta maaf, kan cuman becanda” ucap win sambil tertawa kecil.
Kami tak menghiraukan kejadian tadi, karena kami pikir itu hal wajar saat di hutan, Dan juga bukit ini terkenal mistis.
Saking asiknya kami bersenda gurau, tak terasa matahari mau terbenam. Perut kami mulai keroncongan, segera aku memasak mie instan yang di campur dengan sosis dan menambahkan keju.
“mie yang simple ini jadi terasa enak, kalau fia yang masak.” ucap win yang sedang memujiku sambil mengambil mie buatan ku, Ara pun juga ikut makan.
Setelah makan kami kembali ke tenda masing masing aku dan ara sedangkan win sendirian.
Malam pun tiba. Di malam hari, kabut mulai berdatangan, dan hewan hewan liar berbunyi sehingga membuat suasana semakin mencekam, Udara nya pun menjadi sangat dingin. Untung kami memakai jaket yang tebal sehingga tak terlalu kedinginan.
“Fi….. Raaa buruan keluar”saut win dari luar tenda. “Kenapa win” jawab ara. Kami keluar dan berkumpul di depan tenda.
“nahh.. guys mumpung cuaca mendukung kan alias gak hujan. Ini saatnya kita uji nyali” ajak win. Aku langsung gemetar dan ketakutan.
“kamu aja lah yang uji nyali aku gak mau” ucap ku sambil memeluk ara. Tapi Ara juga mau uji nyali di bukit terpaksa aku harus ikut karna tak berani di tenda sendirian.
Kami pun memulai uji nyali dengan membawa alat penerang masing-masing. Kami menuju arah timur dengan mengikuti kompas yang di pegang win.
Di perjalanan kami menemukan pohon buah yang persis di dekat telaga tadi. Ara mengambil kayu dan ingin menjatuhkan buah tersebut.
Aku melarang nya tapi dia tak mau mendengar begitu pun dengan win yang ikut membantu Ara. Ara mengambil 2 buah di pohon itu. Dan menaruh buah itu di kantong nya. Sehabis mengambil buah tersebut.
Tak lama ada terdengar suara merintih di sekitar pohon itu, kami pun sempat kaget. Kami mencoba mencari sumber suara itu, dan kami melihat lubang besar di belakang pohon itu.
Tiba tiba kabut mulai menebal se akan akan portal dari dunia lain terbuka. Lubang itu se akan akan membesar dan menarik kami ke dalam.
Kami bertiga jatuh ke lubang itu dan langsung tak sadar kan diri.
Perlahan mataku terbuka dan melihat sekitar, aku sedang berada di ruangan, Ruangan itu luas, dindingnya terbuat dari tanah liat lembap yang dingin saat disentuh. Bau basah dan tanah tua memenuhi udara, seolah tempat itu belum pernah dijamah cahaya selama berabad-abad. aku mencoba bangun dan ingin mencari teman teman ku.
“Ara, win kalian dimana aku takut” ucapku sambil menjatuhkan air mata.
Aku memegang tembok mencoba mencari jalan keluar. Langkah demi langkah aku mencari dan tak lama kemudian, aku menemukan cahaya api di dalam ruangan itu , perlahan aku mendekat.
Bola mata ku terbuka lebar dan jantung ku berdegup kencang ketika melihat teman teman ku yang di santap oleh sesosok makhluk yang berbadan besar hitam, matanya merah menyala dan memiliki cakar yang tajam.
Ia sedang merobek jantung teman-temanku aku bersembunyi di dinding ruangan itu dan menutup mulut. Aku hanya bisa menangis dalam diam, tak bisa berkata-kata melihat kejadian itu.
Setelah makhluk itu pergi aku menghampiri jasad teman ku yang menggenaskan, makhluk itu hanya memakan bagian tubuh dan menyisakan kaki dan kepala temanku.
Aku menangis sejadi- jadinya tapi tak mengeluarkan suara keras karna aku takut makhluk itu akan kembali, aku tak tau harus berbuat apa pada saat itu.
Setelah tubuhku mulai agak kuat, aku mencoba mencari jalan keluar, aku terus melangkah dan percaya bahwa nanti ada pintu keluar.
Setelah mencari-cari pintu keluar dan tak juga menemukan nya, aku didatangi kakek-kakek yang sangat tua jalannya bungkuk dan memakai tongkat yang ujungnya berbentuk kera.
“Aku akan memberikan mu jalan keluar nak karna kamu anak yang baik” ucap sang kakek.
Aku hanya mengangguk karna takut melihat kakek itu.
“ Kamu berjalan 3 langkah ke depan dengan mata tertutup dan tidak boleh merasa ketakutan” ucap sang kakek yang samar samar menghilang dari pandanganku aku semakin ketakutan, tapi aku mengingat pesan kakek dan mulai memberanikan diri, setelah rasa takut ku hilang aku mencoba melangkah kedepan sebanyak tiga langkah.
“Satu dua tiga” aku berhitung dalam hati, dan ketika membuka mata, aku tiba di telaga yang tadi siang win pertama kali mandi di sana,
Aku melihat kera yang tadi, dan kera itu mendekat dengan ku , sambil berubah menjadi kakek kakek yang aku temui di dalam tadi.
“teman mu sudah mengambil buah milikku dan aku ingin membalas perbuatan nya “ ucap sang kakek.
Ternyata buah yang tadi diambil win dan Ara adalah buah milik si kakek dan siapapun yang mengambil nya buah tersebut kakek akan mengambil jantung nya dan menggantinya kembali ke pohon itu.
“aku tak tahu kek kalau itu buah milikmu, tolong maafkan temanku ucapku sambil bersujud, memohon kepada kakek agar teman ku bisa kembali.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak ada cara untuk bisa mengembalikan orang yang sudah meninggal. Aku menangis dan bersujud dan lagi lagi kakek itu tiba tiba menghilang.
Aku kembali ke tenda dan menaiki mobil win, mencoba kabur dari tempat bukit tersebut,
Beruntung aku tahu cara menjalankan mobil dan langsung aku berbelok tancap gas kembali ke kota ku, di perjalanan banyak sekali arwah gentayangan dengan dadahnya yang sudah bocor.
Aku sangat ketakutan, aku menyetir sambil menangis. “ Aku harus kuat “ ucap ku sambil tetap melakukan mobil tersebut. Karena jalannya yang berbelok belok, dan aku sudah tak kuat lagi akhirnya aku menabrak pohon besar dan langsung tak sadar kan diri.
Ketika sudah sadar aku sudah terbaring di sofa dan berada di ruang tamu , di samping ku ada orang tuaku dan aku di kelilingi para tetangga tetangga yang kepo dengan keadaan ku.
“Kenapa aku tiba tiba disini” ucapku sambil bertanya kepada ibuku. “ ada seorang kakek- kakek yang datang kerumah, dan memberitahu kalau kamu ditemukan pingsan di bukit rindu” jawab ibuku yang sedari tadi tak henti menangis.
Ternyata sang kakek yang tadi kutemui di bukit yang memberi tahu orang tua ku. Setelah itu beberapa warga dan juga bapakku kesana menjemput ku. Mendengar penjelasan ibuku aku hanya terdiam dan membayangkan kejadian tadi.
Ibuku berterima kasih kepada warga yang telah membantu mencariku dan mereka semua pulang kerumah masing masing.
Ibuku menyuruhku istirahat di kamar dan ayah menjaga ku dikamar. Ibu membuatkan ku makanan tapi aku tak mau makan, setelah kejadian di bukit rindu aku jadi tak selera makan.
Ke esokan harinya orang tua win dan Ara datang kerumah ku sambil menangis dan mencari anaknya. Dia menyalahkan ku tapi aku hanya diam, orang tua ku ber adu mulut dengan orang tua mereka.
“ Semua diam “ ucap ku dan terpaksa menjelaskan kejadian itu ketika aku menceritakan kejadian itu sontak semua orang dirumah ku menangis mendengar cerita itu dan orang tuaku juga memarahi ku karna sudah berbohong kepada nya.
Ibuku menceritakan kisah dahulu tentang bukit rindu. Ternyata dulu di bukit itu tempat meninggal nya seorang anak laki-laki berumur 20 tahun dari kota Gandrung, ia bekerja sebagai pembawa truk yang membawa kayu dari pohon di bukit rindu.

Anak itu bekerja untuk orang tua nya yang sedang mengalami sakit jantung. Jadi dia menjadi tulang punggung keluarga
karna jalannya yang berbelok belok dan muatannya terlalu banyak naasnya mobil tersebut hilang kendali dan jatuh kejurang
Temannya yang pada saat itu juga membawa muatan melihat kejadian tersebut dan langsung melaporkan kepada warga setempat. Warga langsung ke area tersebut dan melihat kondisi jurang itu yang tak memungkinkan anak itu selamat, jadi warga hanya menaruh sesajen untuk menghormati anak tersebut.
Orang tua yang sedang sakit dirumah mendengar kabar itu dan seketika keduanya serangan jantung dan meninggal dunia.
Pada saat itu gunung rindu itu ditutup dan tidak ada lagi yang boleh mengambil kayu di area tersebut.
Setelah mendengar penjelasan ibuku. Orang tua sahabat ku terdiam Mereka juga tak mampu berbuat apa-apa karna bukit tersebut rupanya sudah memakan banyak korban dan tak ada satupun yang selamat.
Orang tua win dan Ara, serta orang tuaku melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang dan tempat itu sudah ditutup menggunakan beton sehingga tak ada lagi yang bisa memasuki nya.****